Senin, 23 Desember 2013

Kisah tentang Gus Dur dan KPK



Reporter : Mohamad Taufik | Rabu, 18 Desember 2013 08:16




Merdeka.com - Seperti biasa, Gus Dur bangun pagi. Sekitar pukul lima dia sudah menerima tamu di Ciganjur. Mantan presiden RI keempat itu akan menghadiri peristiwa penting di mana dia akan mengunjungi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ).

"Padahal kondisinya kala itu sedang sakit. Tapi
Gus Dur tetap berangkat dan mengajak aku ke KPK ," kata Maman Imanulhaq Faqieh dalam bukunya, Fatwa Dan Canda Gusdur. Kang Maman, demikian dia disapa, adalah kiai muda yang semasa hidupnya juga dikenal dekat dengan Gus Dur .

Tujuannya adalah untuk mendukung
KPK dari kasus kriminalisasi yang dilakukan polisi terhadap lembaga itu, terutama menjerat dua pimpinan komisi antirasuah, Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah pada 31 Oktober 2009. Gus Dur , kata Maman, tegas memberi dukungan terhadap KPK .

"KPK harus berani dan jujur untuk berpegang pada tugas pemberantasan
korupsi. Kenapa takut? Polisi juga manusia," ujarnya di depan gedung KPK .

Melihat kondisi itu,
Gus Dur mengatakan bila hukum di Indonesia telah mengalami masalah serius. Kepercayaan publik terhadap polisi, jaksa, hakim dan pastinya pengacara nyaris ke titik paling nadir. Bukannya tak ada penegak hukum yang putih, tapi warna yang ada sekarang dominan hitam.

Malam hari usai aksi di depan
KPK , Maman dan Gus Dur bersama-sama di kantor PKB sambil bercanda soal koruptor. Maman membuka percakapan, dengan cerita ada koruptor yang mati. Tangan kanannya terus mengacung ke atas. Berbagai cara dilakukan agar tangan orang itu terus sidakep, tapi gagal.

Akhirnya seorang kiai datang, dan menempelkan uang Rp 100.000 di tangan kanan pelaku korupsi itu, dan seketika tangannya luruh ke bawah.
Gus Dur tertawa dan berkomentar, "Sudah mati masih doyan duit, apalagi masih hidup!"

Ketika keduanya di kantor PBNU, Maman juga kembali bergurau soal
KPK . Kali ini sasaran joke-nya adalah Mas Ahmad Santosa, Ketua KPK bidang penindakan yang ditunjuk menjadi Plt Bibit-Chandra ketika terjadi kasus kriminalisasi itu. "Mungkin saking sulitnya pemberantasan korupsi di Indonesia hingga salah satu anggota KPK Mas Ahmad Santosa, kepalanya, maaf, botak," kata Maman.

Gus Dur berkomentar ringan. "Mas Ahmad Santosa itu orang baik dan jujur. Dia tidak menginginkan apa-apa dalam pengabdiannya. Kecuali satu."

"Dia (Mas Ahmad Santosa) pengen apa, pak?" Maman bertanya penasaran pada
Gus Dur .

"Dia hanya ingin tumbuh rambut!" keduanya lalu tertawa.

Itu lah
Gus Dur , kata Maman, selalu membingkai keseriusannya dalam penyelesaian persoalan-persoalan bangsa dengan cara santai, tetapi serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar