Minggu, 05 Mei 2013

Dongeng Burung Emprit dan Burung Tinggalanak Bag.1 Karya Slamet Priyadi diceritakan oleh Kak Sita

Denmas Priyadi Blog | Minggu, 05 Mei 2013 | 09:22 WIB

Burung Emprit
Adik-adik, sudah lama kak Sita tidak bercerita lewat blog ini. Sekarang, kak Sita mau bercerita tentang seekor burung Jawa, namanya burung “Emprit” dan burung ”Tinggalanak” yang berasal dari negeri Mesir. Menurut ceritanya, burung emprit adalah jenis burung bertubuh kecil, berbulu hitam berkilauan. Konon menurut yang empunya cerita, burung emprit mampu terbang ribuan kilo meter jauhnya tanpa merasa lelah sedikitpun. Mirip dan beda sedikit dengan burung emprit yang bertubuh kecil adalah burung tinggalanak yang asalnya dari negeri Mesir. Burung tinggalanak juga berbulu hitam, hanya tubuhnya lebih kecil dibanding burung emprit. Yang unik dari burung tinggalanak adalah bunyi suaranya yang begitu menyayat. Terdengar sangat memilukan seperti perasaan orang yang sedang ditinggal mati oleh orang yang sangat dikasihinya. Bahkan  ada sebagian orang menyebutnya burung ini adalah burung syetan.
Bagi sebagian masyarakat di daerah Jawa terutama Jawa Tengah, Jawa barat dan masyarakat Jakarta, burung ini dipercaya burung pembawa berita kematian. Apabila sebuah kampung didatangi burung tinggalanak ini dan berbunyi berulang-ulang di kampung tersebut, itu suatu pertanda bahwa akan ada salah satu anggota keluarga di kampung itu yang akan meninggal dunia. Bahkan  ada sebagian orang menyebut burung tinggal anak ini dengan nama burung  burung syetan. Bunyi suara burung tinggal anak ini kalau didengarkan baik-baik seperti kata-kata dalam bahasa Jawa: “Pit...pit...pit...pit...pit... balikno Mesirrrr...!” Artinya kira-kira demikian, “prit, prit, prit... kembalikan saya ke Mesir”.
Nah, adik-adik! Kenapa bisa seperti itu? Tentu ini ada cerita yang melatarbelakanginya. Menurut cerita dari orang tua kakak, dulu ketika kakak masih kecil saat mau tidur, sering didongengkan berbagai macam cerita. Jika belum didongengkan kakak belum mau tidur. Salah satu cerita yang didongengkan itu adalah cerita dongeng burung emprit dan burung tinggalanak ini. Beginilah ceritanya!
 
Suatu ketika burung emprit mengembara ke negeri Mesir yang menurut kabar berita negeri tersebut memiliki hutan dan pepohonan yang sangat lebat. Begitu pula dengan hamparan persawahan yang luas, subur dengan padinya yang selalu menguning di setiap saat. Berita ini telah membuat hati burung emprit tergiur dan terpesona untuk pergi ke negeri Mesir. Maka tanpa berpikir panjang, apakah cerita itu benar atau tidak, tanpa basa-basi lagi terhadap sesama handai tolan dan keluarganya di Jawa, burung emprit pergi mengembara ke negeri Mesir untuk melampiaskan keingintahuannya tentang negeri yang kaya dan subur itu. Burung emprit pun segera terbang tinggi-tinggi, jauh melewati beberapa negeri, menyeberangi luasnya samudra.
Di setiap negeri yang disinggahi, Ia tak lupa bertanya kepada burung-burung yang berpapasan dengannya, dimana letak negeri Mesir itu. Suatu ketika ia berpapasan dengan seekor burung camar yang sedang melintas di atas laut negeri Malaysia, 
“Wahai sobat, apakah sobat tahu di manakah letaknya negeri Mesir itu?”  Berkata burung emprit saat berpapasan dengan burung camar yang sedang terbang di atas samudra, laut negeri Malaysia
.
“Oh, anda terus saja terbang menuju arah utara! Negeri tersebut masih sangat jauh dari sini, tetapi anda jangan putus asa karena Mesir adalah negeri yang sangat makmur, begitulah cerita yang saya dapat dari burung-burung yang sudah pernah berkunjjung ke sana!” Demikian jawab burung camar yang dijumpainya itu. 
Tentu saja mendengar jawaban yang senada dengan berita yang telah didapatnya di negeri  Jawa itu, membuat tekad sang burung emprit semakin kuat. Ia pun segera mengepakkan sayapnya lebih kuat lagi terbang ke arah utara menuju negeri Mesir.

Alkisah, negeri Thailand, Jepang, India bahkan negeri China telah dilaluinya. Singkat cerita, maka sampailah burung emprit di negeri Mesir. Akan tetapi yang dilihat di sana tidak seperti kabar yang didapat. Ia hanya melihat dataran luas dengan pepohonan yang terpisah-pisah, tak ada hamparan hutan dan persawahan dengan padi yang menguning seperti di negeri Jawa. Sang burung emprit terus masuk ke dalam lagi melintasi daerah perkotaan yang ramai dengan lalu lalang orang-orang mesir dengan segala aktivitasnya di sebuah pasar yang cukup ramai. Sang emprit Jawa terus kepakkan sayapnya. Tubuhnya yang lelah dan haus mulai mengganggu daya terbangnya. Akan tetapi ia tak putus asa, semangatnya untuk mencapai negeri Mesir dengan segala kemewahan dan kekayaan alamnya tidak membuat ia patah semangat. Dan, ia pun terus kepakkan sayapnya terbang melintasi kota-kota dan dataran luas di negeri Mesir.
Di suatu tempat yang nampak subur dengan sedikit ditumbuhi pepohonan dan sungai yang airnya begitu jernih, sang emprit melepaskan lelahnya. Ia bertengger di sebuah dahan pohon memakan buah yang ada di pohon itu. Sejenak kemudian ia menukik ke sungai untuk minum melepaskan rasa hausnya dan kembali bertengger di dahan pohon sambil kepalanya menoleh ke arah kiri dan kanan barang kali ada sebangsa burung lain di daerah itu. 
Ketika ia sedang merenung dengan apa yang sudah dilakukan, pergi mengembara dari Jawa hingga sampai di negeri Mesir seperti ini, tiba-tiba datang mendekati seekor burung betina berbulu halus berwarna hitam mirip seperti dirinya yang tak sungkan-sungkan dan malu-malu langsung menyapanya dengan ramah dan sopan, 
“Kawan, perkenalkan nama saya Tinggalanak, saya bertempat tinggal di pohon yang ada di seberang sana itu! Nampaknya anda burung asing di tempat ini, dari manakah asal negeri anda?” Tanya burung Mesir kepada burung emprit Jawa sambil memperkenalkan nama dan tempat tinggalnya.
“Oh, ya... ya...! burung Emprit Jawa menjawab agak tergagap karena ia tak menyangka ada jenis burung yang datang menghampiri dan langsung menyapanya dengan penuh keramahtamahan. Setelah menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu ia pun melanjutkan kata-katanya,
“Nama saya Emprit Jawa berasal dari negeri Jawadwipa di kepulauan Nusantara. Adapun kedatangan saya ke negeri Mesir ini karena saya terpesona oleh keindahan dan kemegahan serta segala kemewahan dan kesuburan akan alamnya yang saya dengar dari berita teman-teman saya yang pernah singgah di negeri anda ini!” 
“Oh,begitukah? Jawab burung Mesir sedikit terperanjat, lalu meneruskan kata-katanya kembali, “tapi apakah malah bukan sebaliknya? Negeri andalah yang sudah terkenal ke peloksok negeri akan keindahan, kesuburan serta keramahtamahan penduduknya. Sungguh ketenaran negeri anda Jawa Dwipa Nusantara itu sudah sampai ke negeri kami, Mesir! Dan, sebagai tanda persahabatan kita, saya persilahkan anda untuk beristirahat sepuasnya di tempat hunian kami di pohon seberang itu! Burung Mesir dengan segala keramahtamahannya mempersilahkan burung emprit untuk singgah beristirahat di tempatnya.
Menerima tawaran persahabatan dengan segala keramahtamahan dan kebaikan dari burung Mesir, burung Emprit Jawa menjadi senang dan tak mau menghilangkan kesempatan yang baik itu. Maka ia pun menerima tawaran itu dengan perasaan suka cita lalu berkata kepada burung Mesir yang bernama Tinggalanak itu,
“Ya, ya, ya...Tinggal anak! Sungguh anda baik hati dan ramah sekali. Terus terang saya benar-benar merasa terpuji namun sedikit risih menerima persahabatan ini karena kita baru saja bersua di tempat ini”. Berkata burung Emprit Jawa sambil menatap mata burung Mesir yang bening itu.
“Mari Emprit, kita terbang ke pohon di seberang itu! Di sanalah tempat tinggal kami bersama kedua anak kami yang masih kecil-kecil”. Demikian ajak burung Mesir dengan terus terang kepada burung emprit Jawa sambil kepakkan sayap terbang menuju ke pohon sebelah, sementara emprit Jawa mengikutinya dari belakang.
Sebentar kemudian sampailah keduanya di tempat tinggal burung Mesir. Di sana nampak kedua anak dari burung Mesir yang masih kecil dengan bulu-bulunya yang mulai tumbuh menghiasi tubuhnya. Saat melihat kehadiran induknya, keduanya mencicit gembira dan langsung masuk ke dalam ketiak sayap ibunya.
“Nah, ini kedua anak kami! Usianya baru dua bulan, sebenarnya kami masih dalam suasana berduka karena tiga bulan yang lewat ayahnya telah meninggalkan kami, ia tewas tertembak tak disengaja oleh dua orang pemburu yang datang kemari berburu kuda Nil di sungai itu”. Dan kedua anak kami ini tak sempat melihat wajah ayahnya”. 
“Oh, begitukah? Sungguh saya merasa prihatin dan empatik sekali dengan musibah yang telah menimpa keluarga anda, Tinggalanak. Akan tetapi, lalu bagaimana anda bisa menyusui kedua anak anda itu dengan tenang, sementara saya melihat tempat ini begitu sangat rawan bahaya dari bangsa ular pemangsa yang sewaktu-waktu bisa merayap ke pohon ini?”
“Sebenarnya itu salah satu yang menjadi pemikiran saya, Emprit Jawa”. Jawab burung Mesir sambil mempersilahkan kepada burung Emprit Jawa untuk menyantap buah-buahan yang masih bergantung di pohon tempat tinggalnya itu. Lalu melanjutkan pembicaraannya lagi, “Saya merasa, mungkin ini sudah menjadi nasib kami karena di luar sana pun belum tentu lebih aman dari tempat ini. Dan akhir-akhir ini malah lebih banyak para pemburu kuda Nil yang datang ke daerah ini. Belum lagi bangsa ular pemanjat dan burung pemangsa yang tubuhnya besar selalu memonitor kami di sini. Sungguh kami sangat mengkhawatirkan akan hal tersebut, terutama untuk kedua anak kami yang masih kecil ini”. Mendengar kata-kata seperti itu dari induknya, kedua anaknya semakin menelusupkan tubuhnya ke balik sayap induknya seakan mereka sudah mengerti dan faham dengan situasi dan keadaan yang terjadi dengan mereka.
Saat sedang asyik-asyiknya mereka berbincang-bincang, tak disadari oleh mereka bahwa ada seekor ular berwarna hijau kecokelatan dengan sisik berwarna kuning di kepalanya, merayap mendekati mereka mengintai kedua anak burung Mesir hendak memangsanya.  Untung saja burung emprit Jawa melihat ular itu. Ia memang sudah mewaspadai akan keadaan seperti ini yang sewaktu-waktu bisa terjadi menimpa keluarga burung Mesir. Ia pun berkata kepada burung Mesir dengan sikap yang lebih tenang agar burung Mesir dan anak-anaknya tidak gugup melihat dan menghadapi keadaan seperti ini,
“Tinggalanak, kau lihat itu! Seekor ular hijau kecokelatan yang bertubuh cukup besar  sedang merayap kemari. Sebaiknya mari  kita bawa kedua anakmu ke tempat yang lebih aman sebelum ular itu memangsa kita dan kedua anakmu yang masih kecil-kecil dan belum bisa terbang itu ke tempat yang lebih aman, ya ke pohon yang pertama saya singgahi tadi”. Dengan cepat burung emprit Jawa membawa salah satu dari kedua anak burung Mesir, sementara burung Mesir membawa anaknya yang satunya lagi. Mereka berdua terbang menuju pohon yang tadi disinggahi oleh burung emprit Jawa. Dan selamatlah jiwa mereka dari bahaya yang barusan mengancam dan hampir saja melenyapkan jiwanya.(Bersambung)
  
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

BLOG SLAMET: "INILAH KARYAKU": Dongeng Burung Emprit dan Burung Tinggalanak 1 Kar...: Denmas Priyadi Blog | Minggu, 05 Mei 2013 | 09:22 WIB Burung Emprit Adik-adik, sudah lama kak Sita tidak bercerita lewat blog in...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar