Denmas Priyadi Blog│Rabu, 27 Maret 2013│19:40 WIB
Beethoven (Foto: SP) |
CORAK MUSIK yang dicetuskan Beethoven disebut "Romantik". Ciri musik romantik adalah rasa keakuan dan sifat kemandirian yang sangat menonjol. Banyak komponis yang muncul pada zaman romantik. Selain Beethoven sendiri sebagai pelopor, muncul kemudian belasan nama yang tersebar di beberapa negeri Eropa. Diantaranya adalah Schubert, Berlioz, Chopin, Liszt, Wagner, dan Brahms.
1. Franz Peter Schubert.
1. Franz Peter Schubert.
FP Schubert |
Ia pengagum Beethoven. Ketika raja komponis itu wafat,Schubert lah yang membawa obor ke makamnya. Schubert berasal dari keluarga musik. Ayahnya seorang guru. Sejak kecil ayahnya membimbing Schubert untuk menjadi guru pula, tetapi Schubert lebih suka menjadi seniman. Beberapa karya musiknya merupakan kerja sama dengan para penyair. Ia membuat musiknya, dan penyair membuatkan liriknya. Goethe banyak membuatkan syair bagi musik Schubert. Ia meninggal pada tahun 1828 tanpa meninggalkan siapun kecuali penggemarnya. Ia tidak pernah menikah. Ia wafat akibat menderita penyakit tipus. Dalam keadaan sekarat ia masih sempat mengucap nama Beethoven.
2. Hector Berlioz
Sejak kecil Hector Berlioz sudah menunjukkan talenta musik yang luar biasa, tetapi ayahnya menghendaki ia menjjadi seorang dokte . Pernah ia jatuh cinta pada aktris pemain drama dari Inggris bernama Henrietta Smithson yang lebih tua dari usianya, tetapi ditolak, dan perasaannya kacau balau, akan tatapi justru kekecewaannya itulah yang membuat ia justru berhasil menciptakan karya besarnya yang berjudul Simphoni Fantastik.
Berlioz |
Akhir hidupnya sangat mengguncangkan dan sungguh tragis. Pertama-tama istrinya mendadak mati. Kemudian putranya tenggelam di laut. Dan dilalah, karyanya yang terakhir mendapat kecaman di seluruh surat kabar. Terpaksa iapun mengembara ke Rusia, tetapi tak lama, beberapa tahun kemudian ia kembali ke Paris dan meninggal di sana.
3. Frederic Chopin
F Chopin |
Masa kecilnya boleh dikatakan sangat bahaghia. Rumahnya besar dilengkapi taman yang luas dan asri. Ketika usianya genap enam belas tahun, ia mengalami guncangan jiwa yang mendalam karena terlalu banyak bermenung diri.
Ia tinggalkan negerinya Polandia menuju Austria karena berkecamuk perang antara Polandia dengan Rusia. Gurunya memberinya cawan yang berisi segenggam tanah Polandia, karena yakin Chopin tak akan kembali lagi ke Polandia. Tak lama di Wina, akhirnya Chopin terus ke Prancis. Di sana ia mempesemangat baru karena mendapat dorongan semangat dari rekan sesama komponis seperti Rossini, Mendelsson, Cherobini. Ia berteman pula dengan penyair Heine dan pelukis Delacroix.
Revolusi Prancis yang terjadi tahun 1848 membuat suasana kerusuhan yang besar di Paris. Chopin tak betah akhirnya ia ke Inggris. Hanya satu tahun ia di sana, lalu kembali lagi ke Prancis sampai meninggalnya. Di Prancis, Frederic Chopin dikenal sebagai raja piano di samping Liszt dan Beethoven.
4. Franz Liszt
Franz Liszt |
Franz Liszt dikenal sebagai "penusik sirkus" oleh karena kemahirannya menarikan jarinya di atas piano. Kemampuan itu pula yang menyebabkan karya-karyanya penuh semangat dan kaya akan imaginasi. Ia menciptakan simfoni, opera, dan lain-lain. Ia meninggal dalam usia 75 tahun karena penyakit bronchitis sewaktu berkunjung ke rumah menantunya, “Wilhelm Richard Wagner” di Bayreut, Jerman. Di sana ia dimakamkan dengan penuh kebesaran.
5. Wilhelm Richard Wagner.
WR Wagner |
Dia merupakan panglima opera abad ke-19. Gaya operanya merupakan perpaduan antara sifat kasih yang tulus dengan kesintingan. Pertama kali Wagner menciptakan karya opera pada usia dua puluh tahun, karyanya yaitu “Die Feen” merupakan gaya gado-gado antara Mozart,Beethoven, dan Weber. Karya keduanya berjudul “Cinta terlarang” yang dipetik dari drama Shakespeare “Aturan untuk aturan”.
6. Johannes Brams.
Johannes Brams |
Karya-karya Johannes Brams termasuk kelompok klasik berat. Akan terasa sulit dicerna jika belum terbiasa menikmati karya musik Brams. Komposisi musik Brams sama dengan karakter jiwanya, sulit dicerna dan sukar diterka arahnya. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah dan sangat membenci wanita. Tentang wanita, ia pernah mengemukakan, ” wanita mengekang kebebasan seorang pria”.
Demikian besarnya nama Johannes Brams sehingga lembaga Prusia menganugerahkan gelar “Kesatria” kepadanya sedangkan Universitas Breslu memberikan gelar “doctor filsafat”.
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar