Reporter
: Ramadhian Fadillah│Merdeka.Com│Jumat, 29 Maret 2013│14:33 WIB
Figure Soeharto
|
Tahun 1980-1985, tindakan para
preman yang menamakan dirinya Gali alias gabungan anak liar semakin meresahkan.
Mereka merampok, mencuri hingga memperkosa korbannya. Warga ketakutan dan tak
berdaya menghadapi aksi para preman itu.
Beberapa waktu kemudian, munculah istilah penembak misterius atau petrus. Mereka menghabisi para preman ini tanpa proses peradilan. Kalau tidak ditembak, para preman akan dijerat tali sampai mati.
Disebut petrus karena memang 'pasukan' ini bukan kesatuan resmi. Walau begitu anggota petrus ini hampir dipastikan anggota ABRI. Mereka berbekal sejumlah daftar, lalu menghabisi para preman yang sudah menakut-nakuti masyarakat.
Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang untuk membuat para penjahat takut. Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.
"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana. Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar jadi tontonan dan membuat preman lain keder.
"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan itu," beber Soeharto. Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman itu.
Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun 2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat. [ian]
Beberapa waktu kemudian, munculah istilah penembak misterius atau petrus. Mereka menghabisi para preman ini tanpa proses peradilan. Kalau tidak ditembak, para preman akan dijerat tali sampai mati.
Disebut petrus karena memang 'pasukan' ini bukan kesatuan resmi. Walau begitu anggota petrus ini hampir dipastikan anggota ABRI. Mereka berbekal sejumlah daftar, lalu menghabisi para preman yang sudah menakut-nakuti masyarakat.
Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang untuk membuat para penjahat takut. Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.
"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana. Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar jadi tontonan dan membuat preman lain keder.
"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan itu," beber Soeharto. Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman itu.
Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun 2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat. [ian]