Hubungan Dagang Jerman-Indonesia |
Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Jerman sedang membahas dan
menyepakati upaya-upaya intensif untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan
menargetkan peningkatan volume perdagangannya menjadi 12 miliar dolar AS pada
tahun 2015.
"Target
tersebut bisa dicapai mengingat masih banyaknya peluang yang belum dimanfaatkan
atau dioptimalkan oleh kedua negara," kata Menteri Luar Negeri Indonesia
Marty Natalegawa saat menerima kunjungan Menlu Jerman Guido Westerwelle di
Gedung Pancasila, Kantor Kemenlu RI, Jakarta Pusat, Senin.
Peluang
tersebut di antaranya adalah ekspor hasil alam Indonesia seperti kelapa sawit,
karet alam dan tembaga. Sedangkan komoditi impor terdiri dari mesin serta
peralatan elektronik, suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor.
Volume
perdagangan kedua negara saat ini tercatat mencapai 5,92 miliar dolar AS pada
Januari-Oktober 2012 atau meningkat dibanding periode yang sama tahun 2011
dengan angka 5,62 miliar dolar AS.
Target
sebesar 12 miliar memang jauh dari volume perdagangan terkini tapi kedua negara
optimistis mampu mencapai target setelah Indonesia dan Jerman kerap
mengintensifkan berbagai pertemuan dan kesepakatan bilateral berikut dengan
investornya.
Di
satu sisi Indonesia menginginkan pemasukan dari ekspor dan penanaman modal
sedangkan Jerman melakukan diversifikasi dan ekspansi perdagangan serta investasi
di negara-negara yang relatif terbebas dari krisis seperti Indonesia.
Jerman
menganggap Indonesia sebagai mitra bisnis yang strategis mengingat saat krisis
Eropa melanda baru-baru ini, Indonesia tidak terpengaruh secara signifikan.
"Memang
langkah kerja sama dengan berbagai negara seperti Indonesia tidak lantas
membuat kami keluar atau aman dari krisis tapi kami yakin sedang dalam proses
dan jalur yang tepat," kata Menlu Jerman Guido Westerwelle saat menjawab
pertanyaan salah satu pewarta dalam jumpa pers.
Beberapa
perusahaan asal Jerman juga sempat terlibat dalam berbagai pembicaraan kedua
negara seperti Daimler AG, ProCone GmbH, E. ON Carbon Sourcing GmbH dan
Bombardier Transportation.
Dalam
sejumlah pertemuan kedua negara kerap membawa isu-isu ekonomi yang diikuti oleh
perusahaan konsultan, industri teknologi, industri medis, industri listrik,
kimia dan furnitur. (ar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar