Denmas Priyadi Blog│Sabtu, 16 Maret 2013│11:45 WIB
Ali bin Abi Thalib r.a (599-661) |
SIAPA yang tak kenal dengan sosok yang satu ini, Ali bin Abi Thalib r.a yang dalam sejarah Islam keteladan akan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib semasa menjadi khalifah menjadi sejarah tinta emas yang hingga kini terus memantulkan cahaya kemilau mempesonakan dunia Islam.
Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Kota Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab atau tahun 599 Masehi dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, Asad merupakan anak dari Hasyim, Dengan demikian Ali adalah keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu. Menurut muslim Syi’ah Ali dipercaya lahir di dalam Ka’bah dengan nama Haydar bin Abi Thalib. Haydar berarti Singa. Sedangkan Baginda Nabi Muhammad SAW meberi nama Haydar dengan panggilan Ali yang berarti tinggi yaitu orang yang mempunyai derajat tinggi. Hal ini sejalan dengan keinginan dan harapan keluarga Abu Thalib (paman Nabi Muhammad) agar mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah.
Pada usia 25 tahun setelah menikahi putri kesayangan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra, pecahlah Perang Badar yaitu perang yang pertama kali dalam sejarah Islam. Dalam perang Badar ini, Ali betul-betul menjadi prajurit yang gagah berani disamping Hamzah, paman Nabi. Banyak kaum Quraisy Mekkah yang memusuhi Islam tewas di tangan Ali. Begitu pula dalam Perang Khandaq. Keperkasaan dan kegagahberanian Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran sangat ditakuti lawan. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, tubuh Amar bin Abdi Wud yang sangat membenci Islam itu terbelah menjadi dua bagian. Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran Ali bin Abi Thalib dalam Perang Khaibar. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi. Ternyata dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecahlah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “Perang Khaibar”. Pada saat pasukan Islam dan para sahabat Nabi tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Mendengar sabda Nabi, maka seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu dan mampu menghancurkan benteng Khaibar serta berhasil membunuh seorang prajurit musuh bernama Marhab dengan pedang Zulfikarnya.
Demikian beberapa peristiwa peperangan untuk mempertahankan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang mencatat keberanian dan kegagahan serta keperkasaan Ali bin Abi Thalib di dalam setiap pertempuran yang diikutinya. Selain kegagahberanian Ali yang tercatat dalam sejarah, juga tak kalah pesonanya adalah keteladanan beliau baik sebelum dan sesudah menjadi pemimpin, khalifah.
Ali bin Abi Thalib r.a adalah seorang pemimpin yang benar-benar zuhud dan taqwa kepada Allah SWT. Hal ini terbukti saat beliau menduduki jabatan perbendaharaan Negara. Beliau benar-benar teruji kejujurannya dalam mengelola, mengurus, dan menjaga perbendaharaan Negara.
Ketika Ali bin Abi Thalib meduduki jabatan Khalifah ke-4 menggantikan Usman bin Affan r.a, beliau oleh kaum Muslimin di kota Kufah diharapkan agar segera menempati istana yang besar dan megah. Ketika Ali melihat istana itu ia berkata: “Aku tak mau menempati istana itu!” Akan tetapi penduduk Kufah tetap mendesak Khalifah Ali bin Abi Thalib agar mau menempati istananya karena Khalifah adalah jabatan yang dianggap mulia. Akan tetapi tetap saja Khalifah Ali menolaknya dengan keras,
“Terus terang aku tidak membutuhkan itu! Umar bin Khatab sendiri pun tidak menyukainya!” Jawab Khalifah Ali r.a.
Meskipun Ali bin Abi Thalib menjadi seorang khalifah, Kepala Negara Islam, beliau tidak sombong, tidak memanfaatkan jabatannya untuk hidup bermewah-mewah di dalam istana. Beliau tetap hidup seperti rakyat biasa. Beliau benar-benar empati terhadap kehidupan rakyat jelata.
Suatu ketika, seorang sahabat Ali tidak rela melihat sikap dan perilaku beliau yang mau menolong orang tua renta yang sedang membawa belanjaannya di pasar dengan tertatih-tatih dan sempoyongan, dan Ali bin Abi Thalib memanggul sendiri belanjaan orang tua renta itu sampai ke rumahnya. Sahabat itu datang menghadap kepadanya seraya berkata:
“Ya, Amirul Mukminin…Imam Ali r.a. mengapa tuan melakukan itu? Padahal masih banyak bawahan tuan yang bisa disuruh untuk membawakan barang-barang orang tua itu!”
Khalifah Ali bin Abi Thalib bisa memahami apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Segera ia pun menjawab pertanyaan sahabatnya dengan membawakan Firman Allah:
“Kampung akhirat itu Kami sediakan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri di bumi dan tidak berbuat kerusakan. Kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S. al-Qashash:83)
Berkait dengan sifat kejujuran dan keamanahan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. Seorang pembantunya yang bernama Qanbar, suatu ketika pernah menyaksikan, Khalifah Ali r.a. sedang menghadapi dua onggokan emas dan perak. Ia menghitungnya kemudian memanggil orang-orang agar datang mendekatinya. Emas dan perak itu lalu dibagi-bagikan kepada mereka hingga tak bersisa.
Sikap dan perbuatan Khalifah Ali r.a. yang demikian itu telah membuat cemas dan khawatir pembantunya, Qanbar. Ketika emas dan perak itu telah habis dibagi-bagikan kepada mereka semua sampai-sampai tak bersisa sedikit bagian pun untuk dirinya, Qanbar mendekati Khalifah Ali r.a. dengan mengatakan bahwa ia mempunyai barang sesuatu yang disembunyikan untuk Khalifah Ali r.a. Sesampainya di rumah, Qanbar mengambil sesuatu yang telah disembunyikan yaitu sebuah kantong berisi kepingan-kepingan emas dan perak. Kantong itu lalu dibawa kembali dan dibuka di hadapan Khalifah Ali r.a. Dengan wajah berseri-seri ia berkata kepada Khalifah Ali:
“Aku lihat Tuan tidak pernah menyisakan barang apa pun yang tuan bagikan. Oleh karena itu, aku menyembunyikan ini dari Baitul Malkhusus buat Tuan”.
Melihat ini, betapa terkejut dan kagetnya Khalifah Ali r.a. Maka dengan wajah merah menahan amarah beliau berkata kepada pembantunya, Qanbar: “Celaka kamu Qanbar! Apakah engkau mau memasukkan kobaran api ke dalam rumahku?” Lalu Khalifah Ali bin Abi Thalib menghunus pedang Zulfikarnya, memotong-motong pundi-pundi yang berisi emas dan perak itu. Emas dan perak pun berhamburan di lantai. Segera Khalifah Ali r.a. menyuruh Qanbar untuk dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya agar dibagikan secara adil.
Demikian kepribadian dan perangai Ali bin Abi Thalib r.a yang demikian agung dan mulia tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Perjuangannya, keberaniannya, kejujurannya dan keamanahannya dalam menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam.
Sumber:
Nurhayat Alhadar - Kumpulan Kisah Para Nabi dan Sahabat – Penerbit Mizan
Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor
Denmas Priyadi Blog│Sabtu, 16 Maret 2013│11:45 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar