Oleh Malaysiakini – Rab, 24 Jul 2013
Sejumlah foto yang baru-baru ini beredar telah
memicu amarah para pengguna internet. Foto-foto itu memperlihatkan
bagaimana para pelajar non-muslim di sebuah SD di Malaysia dipaksa makan
di kamar mandi selama bulan puasa.
Foto- foto
yang tampaknya diunggah di Facebook oleh orangtua siswa itu
memperlihatkan pelajar SK Seri Pristina di Sungai Buloh duduk
mengelilingi meja sebuah ruang ganti yang disulap menjadi ruang makan
dadakan.
Pihak sekolah diduga telah memaksa para siswa untuk makan di ruangan makan darurat itu, yang terletak berdampingan dengan toilet.
Tidak ada makanan yang tersedia di kantin karena pihak sekolah menutupnya selama Ramadan.
Dikabarkan bahwa para pejabat dari Education telah melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dan orangtua murid pada Selasa (23/7).
Dalam tanggapan cepatnya di Twitter, Wakil Menteri Menteri Pendidikan P Kamalanathan mengatakan bahwa sekolah tersebut telah diinstruksikan untuk memindahkan lokasi ruang makan darurat itu.
Dia menambahkan bahwa kementerian telah meminta penyelidikan atas masalah tersebut.
“Jika kantin sekolah akan dipindahkan, lokasi yang tepat seharusnya sudah dipertimbangkan; yang pastinya bukan di kamar mandi.”
“Ini bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan. Pihak sekolah sedianya bisa menunjuk pegawai kantin sementara untuk menjalankan tugasnya selama Ramadan,” katanya.
Orang tua murid: penuh bakteri
Dalam postingan Facebook miliknya, Guneswari Kelly, yang mengaku memiliki seorang putri di sekolah itu, mengatakan bahwa para siswa dipaksa untuk makan di sana meski bau busuk menyeruak.
“Kamar mandi penuh dengan bakteri dan bau..., dan toilet yang ada di sampingnya menyebarkan bau yang yang mengerikan,” katanya.
Dia mengatakan bahwa ketika para orangtua murid mengeluh, para pelajar hanya dialihkan ke kamar mandi lainnya atau gudang.
“Sebagai seorang ibu, saya miris dan sedih. Berapa lama lagi mereka menerapkan hal ini...? Wahai teman-teman Malaysia, adilkah ini di mata kalian? Apakah Tuhan kalian mengizinkan hal seperti ini?” tanya dia.
Pihak sekolah diduga telah memaksa para siswa untuk makan di ruangan makan darurat itu, yang terletak berdampingan dengan toilet.
Tidak ada makanan yang tersedia di kantin karena pihak sekolah menutupnya selama Ramadan.
Dikabarkan bahwa para pejabat dari Education telah melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dan orangtua murid pada Selasa (23/7).
Dalam tanggapan cepatnya di Twitter, Wakil Menteri Menteri Pendidikan P Kamalanathan mengatakan bahwa sekolah tersebut telah diinstruksikan untuk memindahkan lokasi ruang makan darurat itu.
Dia menambahkan bahwa kementerian telah meminta penyelidikan atas masalah tersebut.
“Jika kantin sekolah akan dipindahkan, lokasi yang tepat seharusnya sudah dipertimbangkan; yang pastinya bukan di kamar mandi.”
“Ini bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan. Pihak sekolah sedianya bisa menunjuk pegawai kantin sementara untuk menjalankan tugasnya selama Ramadan,” katanya.
Orang tua murid: penuh bakteri
Dalam postingan Facebook miliknya, Guneswari Kelly, yang mengaku memiliki seorang putri di sekolah itu, mengatakan bahwa para siswa dipaksa untuk makan di sana meski bau busuk menyeruak.
“Kamar mandi penuh dengan bakteri dan bau..., dan toilet yang ada di sampingnya menyebarkan bau yang yang mengerikan,” katanya.
Dia mengatakan bahwa ketika para orangtua murid mengeluh, para pelajar hanya dialihkan ke kamar mandi lainnya atau gudang.
“Sebagai seorang ibu, saya miris dan sedih. Berapa lama lagi mereka menerapkan hal ini...? Wahai teman-teman Malaysia, adilkah ini di mata kalian? Apakah Tuhan kalian mengizinkan hal seperti ini?” tanya dia.
Beberapa di antara mereka mengatakan akan mengajukan laporan ke polisi sementara sebagian lainnya mengunggah tautan ke halaman Facebook milik kepala sekolah, mendesak untuk segera mengambil tindakan.
Salah seorang pengguna Facebook, Myth Laddu Tinna Aasai, mengaku telah mengajukan laporan kepada polisi.
“Saya seorang warga Malaysia sekaligus seorang muslim dan saya dengan tegas tidak setuju dengan perlakuan terhadap mereka yang berbeda keyakinan…”
“Ini bukan ajaran Islam. Saya berharap agar mereka yang terlibat dihukum dengan adil. Saya penasaran, di mana sih mereka menempatkan otak mereka,” kata Emy Deen yang turut memberikan komentar.
Pemberi komentar lainnya, yang mengaku berprofesi sebagai guru, mengatakan bahwa anak-anak seharusnya diizinkan untuk makan di kantin seperti biasa tapi disarankan untuk tidak memamerkan makanan mereka di depan anak-anak muslim yang sedang berpuasa.
“Tegas saja. Jangan menyembunyikan [anak-anak] di tempat seperti ini. Sungguh keputusan yang tidak bijak dari kepala sekolah,” kata Akmar Zainal Mokhtar.
Suguna Papachan menambahkan bahwa insiden itu terjadi karena kurangnya kebijakan untuk mengatasi perbedaan ras dan agama.
“[Pemerintah] tidak menyadari bahwa kita adalah negara dengan banyak agama, tidak menyadari bahwa perlu hidup berdampingan sehingga (bukan sekadar) Islam menjadi agama resmi dan setiap orang harus menghormati yang itu-itu saja.”
“Harus ada penghormatan keyakinan budaya dan agama dari semua pihak, misalnya, jika umat Islam berpuasa di sekolah, harus ada makanan yang disediakan untuk siswa yang bukan muslim," katanya.