Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Juni 2017

PROFIL MESJID TERTUA DI BOGOR

Poleksosbuda
Minggu, 04 Juni 2017 WIB

Mesjid At Thoriyah di Bogor
Begini Profil Mesjid At Thoriyah yang Tertua di Bogor

Jumat, 7 Agustus 2015 | 13:24 - Hallobogor.com, Bogor Selatan – Jika anda berjalan-jalan ke kota Bogor bagi anda yang bergama Islam, coba sempatkan shalat di Masjid At Thoriyah yang terletak dekat alun alun Empang Kota Bogor. Berikut ini adalah catatan wartawan Hallobogor.com, Yan Brata Dilaga.

Dalam sejarah Bogor Masjid Agung At Thoriyah ini merupakan masjid agung pertama yang dibangun dan berdiri di wilayah Bogor Raya ini, karena saat itu belum ada pembagian wilayah kekuasan antara pemerintah Kota Bogor dengan pemerintah Kabupaten Bogor.

Masjid Agung Empang ini diberi nama “At- Thohiriyah” diambil dari nama Rd. H. Moehammad Thohir yang wafat pada tahun 1845. Karena Masjid ini dibangun oleh Rd.H. Moehammad Thohir, cucu Dalem Cikundul Cianjur (R. Arya Wiratanu Datar II) yang telah mewakafkan tanahnya pada Masjid Agung At- Thohiriyah, tahun 1817.

Pembangunan masjid dilanjutkan oleh salah satu putranya yaitu R.Adipati Wiranata (Dalem Wiranata/Dalem Sepuh) yang wafat di Mekah. Kemudian disempurnakan pembangunannya oleh salah satu cucunya R.Adipati Soerya Winata alias RH Muhammad Sirodz – Regent/Bupati Bogor pertama yang dikenal dengan sebutan “Dalem Sholawat”, wafat (13-05-1872).

Pada Abad 19 Masjid ini di gunakan sebagai tempat shalat jum’at para demang, demang yang datang membawa kuda dan menaruh /mengikat nya di alun-alun kemudian mereka mandi di sungai Cisadane dan di lanjutkan shalat Jum’at.

Pemeliharaan atau pemugaran Masjid Agung At- Thohiyah juga diteruskan oleh generasi berikutnya. Dari Dalem Sholawat ke salah satu putranya yakni R.Muhammad Sholeh (Wafat di purwakarta pada 09-05-1923), terus berlanjut kepada salah satu putranya yakni R. Ace Padmanagara Abdul Qodir/Mama Ace.

Masjid ini dibangun diatas tanah seluas kl.5.509 M2 dengan luas bangunan masjid pada waktu itu plus sarana lain serta halamannya total 1.285 m2, areal tanah masjid sendiri 2.605 m2 sedangkan luas tanah wakaf alun–alun 2,904 m2.

Bentuk pertama mesjid ini berbentuk Joglo (panggung) Ciri khas masjid ini seperti layaknya masjid – masjid tua lain di tanah air adalah adanya 4 tiang penopang kubah sebagai simbol dari 4 sahabat Rasullulah yaitu : Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali, yang merupakan tiang asli dari masjid ini.begitu pula dengan tempat imam/mihrab juga merupakan bangunan asli dari masjid At-Thohiriyah ini.

Masjid ini dibangun hampir 2 abad silam, yaitu pada tahun 1817, dimana saat itu Kampung Empang merupakan pusat pemerintah Kabupaten Bogor, sekaligus tempat tinggal Bupati Bogor. Pada masa itu seorang bupati juga mempunyai kapasitas sebagai pemimpin agama khususnya Agama Islam.
 
Sejumlah tokoh nasional dan internasional telah shalat di masjid ini antara lain Presiden Sukarno dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, pada saat mengikuti Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung. Juga Wakil Presiden Adam Malik dan Hamzah Haz jika berkunjung ke Bogor selalu menyempatkan diri shalat di masjid ini. Begitu pula para ulama terkenal seperti KH Abdulah bin Nuh dan KH Abdulah Syafi’ie (Sumber DKM mesjid At-Thohiriyah) 

Alamat : Masjid Agung At-Thoriyah Jalan RHM. Thohir Rt.01 Rw.11 No. 1 Kelurahan Empang Kecamatan Bogor selatan Bogor.-Jawa Barat.

Sabtu, 23 November 2013

Tebokan, Tak Sekadar Pesta Jenang


Tradisi Tebokan di Desa Kaliputu
KEMERIAHAN dan kebersamaan itu menjadi satu paket dan tidak terpisahkan, dalam tradisi Tebokan Jenang yang merupakan tradisi di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, setiap 1 Muharram. Itu pula yang nampak dalam kirab tebokan yang digelar Selasa (5/11) sore.
Mengambil star di Jalan Sosrokartono, ratusan peser5ta kirab melalui rute mengitari kampung. Tak hanya orang tua, pelajar dan mahasiswa juga ikut terlibat dalam tradisi tebokan yang secara rutin digelar besar-besaran sejak empat tahun terakhir.
Selain peserta kirab, masyarakat tak ketinggalan menyemarakkan dengan datang melihat langsung dari dekat prosesi kirab. Ribuan pasang mata mulai anak-anak, pelajar, muda-mudi, hingga orang tua tak mau ketinggalan menyaksikan kirab tersebut.
Kirab tebokan dimulai sekitar pukul 14.21, dibuka dengan group drum band yang cukup menawan. Disusul kemudian iring-iringan pembawa jenang dengan aneka hiasan, dan dimeriahkan dengan atraksi seni, seperti barongan, terbang papat, dan juga barongsai.
Di antara para peserta kirab, nampak pula satu sosok dengan menaiki kuda lengkap dengan blangkon dan jubah putih, yang tak lain memerankan sosok Syeh Jangkung yang oleh masyarakat setempat dipandang sebagai cikal bakal Desa Kaliputu dikenal sebagai desa produsen jenang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto, mengemukakan, kirab tebokan ini merupakan puncak dari tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat setempat setiap memperingati 1 Muharram.
''Sebelumnya masyarakat menggelar tirakatan,'' katanya.
Dengan adanya kirab tebokan, diharapkan Desa Kaliputu sebagai produsen jenang, bisa lebih dikenal. ''Harapannya, ke depan pengusaha jenang di Kudus, khususnya di Desa Kaliputu, semakin dikenal lebih luas lagi,'' ungkapnya.
Kepala Desa Kaliputu, Suyadi, menjelaskan, tradisi tebokan ini sekaligus untuk mengenang Syeh Jangkung, yang dipercaya sebagai cikal bakal dikenalnya Desa Kaliputu sebagai produsen jenang.
''Konon, dulu ada anak dari Desa Kaliputu tenggelam di Kaligelis, yang kemudian ditolong Syeh Jangkung,'' terangnya. Setelah ditolong, oleh Syeh Jangkung si anak diberi jenang gamping.
 
''Wolak-walike zaman, Desa Kaliputu sekarang dikenal sebagai gudangnya pengusaha jenang di Kudus. Saat ini, ada sekitar 50 pengusaha jenang di Desa Kaliputu,'' jelasnya.
Sementara itu, kirab tebokan yang mengelilingi kampung, Akhir dari kirab tebokan, pengunjung dan tamu yang hadir disuguhi Tari Jenang hasil kreasi dan dipersembahkan oleh para mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus.(SuaraMerdeka.com – 05 November 2013 – 22:11 wib)
(Rosidi/CN37

"SENI BUDAYA NUSANTARA": Tebokan, Tak Sekadar Pesta Jenang: KEMERIAHAN dan kebersamaan itu menjadi satu paket dan tidak terpisahkan, dalam tradisi Tebokan Jenang yang merupakan tradisi di Des...