Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Desember 2013

Kebaktian Natal Dikemas Pagelaran Wayang Kulit


Rabu, 25 Desember 2013 | 13:05 WIB   
             
Kebaktian Natal yang dikemas dalam pagelaran wayang kulit di GKJ Plengkung Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (24/12/2013) malam.
MAGELANG, KOMPAS.com — Kebaktian dan perayaan malam Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Plengkung Kota Magelang, Jawa Tengah, berlangsung cukup unik. Pengurus gereja menggelar wayang kulit dengan latar belakang cerita dari dari kitab suci Injil, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Tokoh-tokoh yang ditampilkan pun sesuai dengan tokoh dalam kitab suci umat Kristen, seperti Daud, Samuel, dan Yeremia. Namun, pagelaran tetap memunculkan tokoh Punakawan dalam sesi "Gara-gara", tetapi nama Petruk, Gareng, dan Bagong digabung dengan nama murid-murid Yesus Kristus, jadilah nama Punakawan menjadi Markus Gareng, Matius Petruk, dan Yohannes Bagong.

Pagelaran wayang ini lantas disebut Wayang Wahyu. Selayaknya pagelaran wayang kulit umumnya, Wayang Wahyu tetap menggunakan pengiring musik tradisional dari gamelan dengan tembang-tembang dari Kidung Pujian umat Kristen. Salah satu ciri yang membedakan wayang kulit biasa dengan Wayang Wahyu ialah bentuk "gunungan" yang digunakan dalam "jejer" pada awal dan akhir pementasan.

Sang dalang, Sih Agung Prasetyo, menjelaskan, salah satu ciri khas Wayang Wahyu juga terletak pada gunungan wayang yang terdapat tanda salib. "Wayang ini dulu diciptakan oleh seorang pemuka agama Katolik Bruder Timo Heus Wignyo Subroto SJ pada tahun 1960 di Surakarta, Jawa Tengah," kata Agung.

Sebelum pagelaran dimulai, dipentaskan sendratari yang diambilkan dari Kejadian (Kitab Injil Perjanjian Lama) yang menceritakan tentang manusia jatuh ke dalam dosa, yakni kisah manusia pertama Adam dan Hawa yang hidup di Taman Eden. Namun, mereka jatuh ke dalam dosa akibat bujuk rayu dari ular yang merayu agar Hawa memakan buah terlarang yang ada di Taman Eden.

Suasana khidmat begitu terasa pada malam Natal itu. Jika biasanya firman Tuhan atau khotbah disampaikan oleh pendeta, tapi malam itu semua dilakukan oleh Ki dalang Sih Agung Prasetyo. Sementara pendeta Gledis Yunia Debora Angelita hanya melayani votum dan salam pada awal dan akhir kebaktian tersebut.

Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengapresiasi GKJ Plengkung atas pagelaran Wayang Wahyu dalam rangkaian kegiatan kebaktian kelahiran Yesus Kristus. "Pagelaran ini patut diapresiasi. Karena selain melestarikan kesenian asli Jawa, pagelaran ini mempunyai pesan moral serta tuntunan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Kristen," tutur Sigit.


Penulis
: Kontributor Magelang, Ika Fitriana
Editor
: Ana Shofiana Syatiri

KITA SEMUA WAYANG: Kebaktian Natal Dikemas Pagelaran Wayang Kulit: Rabu, 25 Desember 2013 | 13:05 WIB                    Kebaktian Natal yang dikemas dalam pagelaran wayang kulit di GKJ Plengkung...

Minggu, 08 Desember 2013

Perayaan Natal Dilaksanakan Sejak 336 SM


Pohon dan kado Natal
Kita Semua Wayang – Minggu, 08 Desember 2013 – Tahukah anda bahwa perayaan Natal sudah dilakukan sejak ribuan tahun silam. Hal ini sebagai mana menurut catatan Wikipedia, Natal untuk pertama kali  dirayakan pada tahun 336 SM (Sesudah Masehi). Menurut kalender Romawi kuno, yaitu jatuh pada 25 Desember. 
Pada perayaan Natal yang pertama, masyarakat Romawi menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal, terutama pada akhir tahun 300-an Masehi, setelah agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Pada tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di banyak negara Eropa, dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an. Gerakan ini kemudian melahirkan agama Protestan.
Pada masa Reformasi, mayoritas orang Kristen pada waktu itu menganggap Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Oleh karena itu tahun 1600-an, Natal dilarang di Inggris dan di Amerika, terutama di daerah yang masih termasuk koloni Inggris. Akan tetapi masyarakat tetap melanjutkan tradisi kebiasaan masyarakat Romawi seperti  menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah atau kado.
Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal bahkan menjadi semakin penting untuk berbagai aktivitas bisnis, sampai sekarang.
Sumber:
Wikipedia/MLA
KITA SEMUA WAYANG: Perayaan Natal Dilaksanakan Sejak 336 SM: Pohon dan kado Natal Kita Semua Wayang – Minggu, 08 Desember 2013 – Tahukah anda bahwa perayaan Natal sudah dilakukan sejak rib...

Jumat, 15 November 2013

PBNU: Hormati Asyura Tapi Kecam Ritual Syiah



Jumat, 15 November 2013 - Tulungagung (Antara) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj, menyerukan kepada semua umat muslim di Indonesia, khususnya kaum Nahdliyin, untuk menghormati ritual Asyura yang biasa diperingati kaum Syiah setiap pada 10 Muharam, tapi mengecam cara-cara mereka yang menyakiti diri-sendiri. 

"Adapun acara Asyura itu adalah acara Islam, hanya cara yang dilakukan Syiah itu kadang berlebihan. Kita yang bukan Syiah pun sebenarnya (juga) harus ikut memperingati 10 Asyura, harus," tandas KH Said Aqil Siraj usai mengisi dakwah keislaman di kantor PCNU Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (14/11) malam. 

Pernyataan Said Aqil tersebut secara khusus menyoroti insiden/ketegangan yang mencuat bersamaan dengan kegiatan peringatan Asyura yang diikuti sekitar 7.000 umat Syiah se-Indonesia di Jakarta, Kamis (14/11).
Menurut dia, memperingati Asyura sebagaimana dilakukan kaum Syiah bukanlah kegiatan yang sesat secara ajaran Islam.

Ia justru menyerukan agar peristiwa bersejarah dimana salah satu cucu Nabi Mohammad SAW, Imam Husain yang dibantai dalam sebuah peperangan di Padang Karbala, juga dikenang untuk bahan refleksi bagi seluruh umat Islam di dunia. 

"Sebagai ahli sunah, wajib hukumnya memperingati 10 Asyura, 10 Sura (Muharam)," tandasnya.
Said Aqilk yang merupakan tokoh kunci ormas Islam terbesar beraliran Sunni di Indonesia ini juga tidak mempersoalkan eksistensi Syiah di tanah air. 

Ia hanya mengecam sejumlah ajaran Syiah yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti menyakiti diri-sendiri hingga mengeluarkan darah yang dilakukan warga Syiah dalam memperingati Asyura.
"Cara-cara yang seperti ini yang kita tentang. Kalau soal (keberadaan) Syiah tidak apa-apa," tandas Said Aqil sebelum meninggalkan kantor PCNU Tulungagung. 

Sebelumnya, sejumlah kelompok Islam yang mengatasnamakan perwakilan Aliansi Sunnah untuk Kehormatan Keluarga dan Sahabat Nabi berunjuk rasa mendesak pemerintah mengeluarkan larangan peringatan Asyura oleh kaum Syiah Indonesia di Balai Samudera, Jakarta. 

Ribuan jemaah Syiah hadir dari berbagai penjuru Indonesia. Di saat yang sama, gabungan ormas Islam yang kontra terhadapa Syiah melakukan aksi pembubaran. Ratusan orang hadir dan sempat terjadi ketegangan saat massa ingin membubarkan Asyura. 

Peringatan Asyura sendiri akhirnya diselesaikan lebih cepat dari jadwal. Acara seharusnya selesai pukul 17.00 WIB namun sudah selesai sekitar pukul 16.00 WIB. Hal ini diambil sebagai langkah pengamanan dari kepolisian.(rr)
 

KADIBYAN á¾¹Ká¾¹Ò€A: PBNU: Hormati Asyura Tapi Kecam Ritual Syiah: KH Said Aqil Siraj Antara – Jumat, 15 November 2013 - Tulungagung (Antara) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),...