Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Juni 2014

Pengamat Sosial Apresiasi Pemkot Surabaya Tutup Dolly

Harianterbit.com | Rabu, 18 Juni 2014 20:20:00 WIB | Dilihat : 753
Pengamat Sosial Apresiasi Pemkot Surabaya Tutup Dolly
Ilustrasi

Jakarta, HanTer - Direktur Institut Social Empowerment an Democratic Musnir Umar memberikan apresiasi atas usaha Pemkot Surabaya menutup lokaliasi Dolly.

"Langkah itu tepat. Saya memberi apresiasi kepada Walikota Surabaya Ibu Risma yang berketetapan hati menutup lokalisasi pelacuran di Dolly Surabaya," kata Musnir kepada Harian Terbit, Rabu (18/6).

Musnir menuturkan setidaknya ada beberapa aspek yang akan muncul dari penutupan lokalisasi Dolly ini.

Pertama, aspek sosial, masyarakat menghendaki penutupan pelacuran karena bertentangan dengan kemanusiaan dan HAM. kedua, aspek hukum. Tidak ada UU yang membolehkan pelancuran.

Ketiga, aspek ekonomi, Para gadis terpaksa menjadi pelacur untuk mendapat kehidupan yang layak. "Akan tetapi pekerjaan melacur adalah hina disisi Tuhan dan manusia. Mendekati pelacuran saja tidak boleh apalagi melakukannya," tuturnya.

Terkait jalan keluar yang ditawarkan Pemkot Surbaya. Musnir berpendapat jika Walikota Surabaya itu sudah  sangat manusiawi.

Dia menjelaskan bahwa pertama, alih profesi. Para pelacur dan germo dilatih dalam berbagai bidang kegiatan sesuai bidang yang diminati. Kedua rehabilitasi mental. Ketiga, pemberdayaan. Keempat, difasilitasi permodalan dan tempat. Kelima, pengawasan.

"Kelima hal tersebut merupakan solusi untuk menutup lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Mereka yang menghalangi penutupan dolly merupakan penjahat kemanusiaan," terangnya.

Senada dengan Musnir. Pengamat Sosial lainnya Erna Karim menyatakan dengan ditutupnya lokasisasi Dolly oleh Pemkot Surabaya artinya perubahan ke arah kemajuan dan kebaikkan untuk masyarakat selalu harus diusahakan oleh pemerintah itu.

Dia menuturkan ditutupnya lokalisasi Dolly  adalah sebuah usaha struktural melalui kebijakan untuk tidak memperluas atau mencegah entitas keberadaan kantung 'komunitas' masyarakat yang 'berpotensi' semakin kuat melakukan alih generasi profesi yang sama disekitar transaksi seksual (pelacuran).

"Secara sosiologis, keluarga yang terbatas sumberdayanya cenderung utk melakukan sosialisasi pekerjaan, profesi, usaha, aktivitas kepada generasi berikutnya disekitar pekerjaan mereka. Seperti kita ketahui ada jaringan aktivitas/pekerjaan yang terkonstruksi melalui transaksi seksual seperti psk, germo, mucikari, tukang pukul, penjaga keamanan, konsumen, dan sebagainya," tutur Erna kepada Harian Terbit, Rabu (18/6).

Dia menjelaskan lingkaran aktivitas, pekerjaan ini bila dilembagakan keberadaannya terus menerus akan semakin memperbesar kuantitas serta memperluas jaringan aktivitas transaksi seksual antar generasi.

Sehingga, lanjut Erna perlu dilakukan perubahan struktural dengan menutup lokalisasi Dolly.
"Namun, pemkot Surabaya harus melakukan usaha pengalihan profesi,pekerjaan dan jaringan aktivitas yang ada selama ini dg melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat keagamaan, pendidikan formal dan non formal (kursus-kursus ketrampilan), merekonstruksi jaringan ekonomi masyarakat Dolly ke arah positif untuk alih generasi berdimensi ekonomi," pungkasnya.

Seperti diketahui, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan lokalisasi Dolly akan ditutup pada 18 Juni 2014 lebih cepat sehari dibandingkan rencana awal.

"Mungkin maju tanggal 18, tidak mundur," kata Risma, Senin, (16/8).

Risma mengatakan, saat ini Pemerintah Kota Surabaya mempersiapkan transfer pekerjaan sehingga eks PSK itu nantinya bisa berusaha dan keluar dari pekerjaan sebelumnya.

"Kita ajarkan buat kue, kerajinan, telor asin dan lain-lain. Artinya kita bisa melakukan itu, kita harus angkat saudara kita yang tertindas," kata Risma.

Lebih lanjut Risma mengatakan, sebanyak 1.200 an eks PSK Dolly sudah diverifikasi dan saat ini jumlahnya bertambah menjadi 1.400 orang.

Sebagai antisipasi agar eks PSK itu tidak kembali lagi, maka akan dilakukan pemantauan dan razia rutin.

Karena eks PSK itu 99 persen bukan warga Surabaya, maka Risma meminta bantuan Kementerian Sosial untuk merehabilitasi mereka terutama yang akan kembali ke kampung asalnya.

"Kami minta bantuan dari Kemensos untuk uang saku eks PSK, untuk mucikari dari Gubernur Jawa Timur.

Pemkot Surabaya merekondisikan alih profesi dan siapkan infrastrukturnya," kata Risma.

(Luki)

Kamis, 15 Mei 2014

Siswi SMA Digilir 6 Pemuda


Ilustrasi Perkosaan
TRIBUNNEWS.COM, SITUBONDO – Jumat, 16 Mei 2014 - Seorang siswi sebuah SMA di Situbondo, digilir enam pemuda di sebuah kosong di Desa kilensari, Kecamatan Panarukan, Sabtu (27/4/2014).

Sebelum menjalankan aksi bejatnya, korban yang tinggal di Kecamatan Arjasa ini terlebih dahulu diberi minuman keras hingga teler. Melihat tidak berdaya, enam pemuda yang masih pelajar SMA dengan leluasa menggilirnya.

Setelah pertiwa itu, korban sering membolos dan tidak  masuk sekolah karena takut dengan acaman para pelaku. "Saya baru tahu kalau anak saya sering membolos, setelah dihubungi sekolah, dan saya baru tahu apa yang dialami anak saya," ujar ibu korban saat melapor ke Mapolres Situbondo, Kamis (15/5/2014).

"Keenam pelaku dalam pengejaran polisi, Kasus ini masih kami dalami dan ditangani oleh Unit Perlindungan perempuan dan Anak (PPA) Polres," kata AKP Wahyudi, Kasubbag Humas Polres Situbondo. (Izi Hartono)

Cerita warga soal seremnya Mal Klender

Plaza Yogya Kelender Mei 1998
MERDEKA.COM. Kamis, 15 Mei 2014 - Kerusuhan Mei 1998 menjadi lembar buram sejarah Indonesia. Salah satu peristiwa yang terjadi ialah dibakarnya Yogya Plaza atau akrab disebut Mal Klender. Ratusan orang tewas terpanggang ketika terjebak di dalamnya. Bertahun-tahun pasca-kejadian tersebut, berkembang cerita seram mengenai penampakan sosok dengan tubuh terbakar, bersimbah darah, dan lain sebagainya.

Sunarto (38), warga Kampung Bulak menceritakan, Seminggu setelah pembakaran Yogya Plaza yang menewaskan ratusan orang pada Mei 1998 lalu, mulai bermunculan sejumlah peristiwa mistis beredar di masyarakat sekitar. Warga dikejutkan dengan berita penampakan makhluk halus di sekitar pusat perbelanjaan di kawasan Klender, Jakarta Timur itu.

"Dulu memang angker, percaya gak percaya sih memang, tapi saya gak pernah ngalamin. Jadi itu seminggu setelah Yogya kebakar itu katanya banyak penampakan. Ada suara minta tolong, ada perempuan hamil yang badannya terbakar, ada anak kecil tengah malam main di jalan," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (14/5).

Selain itu Sunarto menjelaskan, ada juga beberapa sopir angkutan umum yang menjadi korban arwah gentayangan tersebut. Tidak hanya sopir angkutan umum, sempat beredar kabar bahwa sopir bajaj pernah mengantar penumpang hingga ke lantai 6.

"Ya katanya penumpang turun di Mal Klender, pas diperiksa duit yang buat ongkos jadi daun semua. Bahkan katanya sempat ada kabar bajaj masuk ke lantai 6 padahal mal itu sudah ditutupi seng semua. Pengakuan sopir bajaj dia gak tau kalau mal itu sudah kebakar," ungkapnya.

Kesaksian lain diceritakan oleh salah satu keluarga korban bernama Rini (60). Dia adalah ibu dari Gunawan salah satu korban, yang tewas terpanggang bersama ratusan orang di dalam Mal Yogya Plaza. Rini menceritakan, saat itu anaknya yang masih berusia 16 tahun, pergi ke Yogya Plaza untuk mengambil sepatu bola dan kaos bola kesenangannya.

"Saya udah larang dia, tapi karena melihat temanya dapat barang-barang bagus anak saya jadi tergiur. Karena dia suka bola, dia katanya mau ambil sepatu bola sama kaos bola klub AC milan," tuturnya.

Namun nahas, saat itu anaknya terjebak di dalam mal dan tidak kembali lagi. Rini yang mengetahui hal itu pun langsung jatuh pingsan. Lebih tragis lagi, hampir dua hari, ibu tiga anak ini tidak menemukan jenazah anaknya. Melalui mimpi, Gunawan mengaku dia ada di lantai 3 dengan kondisi memegang sepatu bola.

"Kalo saya tahu begini saya bakal larang dia. Dua hari jenazah anak saya tidak ketemu, saya pergi ke RSCM tidak ada tanda-tanda anak saya. Akhirnya saya diberitahu lewat mimpi sama anak saya, dia minta maaf dan menangis, di mimpi anak saya bilang bahwa dia memegang sepatu bola. Kalau jasadnya sudah tidak bisa dikenali lagi," ujarnya.

Setelah bertemu Gunawan dalam mimpi, hari ketiga pencarian akhirnya jenazah anaknya itu ditemukan di lantai 3 Mal Klender. Benar saja, kondisi anaknya itu sudah hangus terbakar dengan posisi memegang sepatu bola.

Kamis, 30 Januari 2014

Gadis 14 Tahun Curi Motor karena Ayahnya Nikah Lagi

Laporan Wartawan Sriwijaya Post Sugih Mulyono 
 
 
Gadis pencuri
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Jumat, 31 Januari 2014 - Remaja putri berusia 14 tahun di Kota Palembang, Sumatera Selatan, berinisial Rn, nekat mencuri sepeda motor untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya. Rn beralasan, mencuri sepeda motor majikan tempatnya bekerja, karena sang ayah sudah kembali menikah setelah ibunya meninggal, dan jarang memberinya uang.

"Ibu sudah meninggal, ayah nikah lagi dan tinggal di Gelumbang, Prabumulih, bersama istri barunya. Saya tak lagi pernah diberikan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi saya nekat mencuri," jelas gadis yang tidak tamat SMP ini, Kamis (30/1/2014).

Ia mengaku, sering berpindah-pindah tempat tinggal dan sekolah. Bahkan, ia sempat tinggal bersama neneknya di Bandung, tapi kembali lagi ke Palembang untuk bekerja sebagai pengasuh anak tetangga.
"Saya disuruh tetangga untuk membantu mengasuh anaknya, dan saya baru empat hari terakhir membantu di sana, hingga saya mencuri sepeda motor," tuturnya.

Rn menceritakan, kisah pencurian itu berawal pada Kamis (16/1/2014) sore. Saat itu, majikannya pergi dan rumah dalam keadaan kosong. Melihat situasi sepi, timbul niat Rn untuk mencuri uang majikannya yang tersimpan dalam lemari.

"Uang itu disimpan dalam dompet, yang dimasukkan ke dalam tas di lemari. Setelah mengambil uang, saya pergi membawa motor Vario milik majikan," bebernya.

Setelahnya, Rn mengaku langsung pergi ke rumah seorang temannya di Sekip. Ia menginap di rumah temannya tersebut selama satu malam.

"Uang curian itu, saya pakai untuk membeli ponsel, helm, pakaian, dan berjalan-jalan. Selain itu, ada juga yang dipinjam teman," tuturnya lagi.

Selain sempat menginap di rumah temannya itu, Rn juga sempat menginap di Serong Banyuasin. Di sana, ia menginap di rumah kakak angkatnya yang berada di Kebun Bunga selama dua hari.

"Saat saya berada di Kebun Bunga, Polisi datang menangkap saya, tepatnya hari Senin (20/1/2014) malam," tandasnya.

Kapolsek Kalidoni Ajun Komisaris Tri Sumarsi mengatakan, tersangka ditangkap pihak kepolisian atas laporan dari korban yang bernama Sinta.

"Tersangka berhasil diamankan setelah terlacak dari sinyal ponsel," jelasnya.

Jumat, 06 Desember 2013

Terapi Kelompok Bantu Atasi Gangguan Kecemasan Sosial - ANTARA News



New York (ANTARA News) - Jumat, 6 Desember 2013 16:59 WIB - Terapi berbicara dalam kelompok dapat menolong orang yang mengalami gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder.

Menurut studi, terapi yang dinamai terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy (CBT) ini menolong orang mengubah pemikiran dan persepsi mereka yang berhubungan dengan situasi saat itu.

Terapi ini baru saja digunakan untuk mengatasi gangguan panik, gangguan kecemasan sosial dan depresi, serta kondisi lainnya.

Laporan terbaru yang dipublikasikan PLOS One, menunjukkan CBT dalam kelompok efektif pada orang yang mengalami gangguan kecemasan sosial, atau orang yang merasa takut berhadapan dengan situasi sosial.

Terapi kelompok ini efektif bagi mereka yang mengalami gangguan kecemasan sosial karena dapat membantu mereka berlatih berinteraksi dengan yang lainnya, kata Kepala departemen psikologi klinis dari VU University Amsterdam, Pim Cuijpers seperti dilansir Reuters.

Hasil analisa "mengonfirmasi apa yang kita harapkan dan apa yang kita dengar dari ahli klinis dalam praktik: terapi kelompok bekerja untuk banyak pasien dengan gangguan kecemasan sosial," kata Cuijpers Ia menganjurkan terapi Ini pilihan pertama.

Obat-obatan seperti antidepresan mungkin menjadi pilihan bagi penderita gangguan kecemasan sosial. Tetapi tentu ada efek lainnya dan tak selalu bekerja (efektif).

CBT yang dilakukan secara individual tidak dapat menjadi pelepas untuk interaksi sosial dan kurang efisien dibanding terapi kelompok.

Untuk ulasan mereka, Cuijpers dan rekannya mengumpulkan 11 studi yang secara acak membagi orang yang menderita gangguan kecemasan sosial ke dalam kelompok pengobatan ganda. Beberapa pasien menjalani terapi kelompok perilaku kognitif. Sementara yang lain tidak tetapi diberikan obat-obatan atau melanjutkan pengobatan mereka.

Pada akhirnya, para peneliti menemukan terapi kelompok berefek "
"baik" pada simptom partisipan. Peneliti mengkalkulasikan satu dari tiga pasien harus mengkuti terapi untuk melihat manfaat.

Menurut peneliti, terapi kelompok cukup menjanjikan pada era dimana perawatan kesehatan efektif menjadi standar utama.
"Pengobatan kelompok untuk gangguan psikiatri adalah luar biasa," kata Kepala Psikiatri dari Yale University School of Medicine di New Haven, Connecticut, Dr. John Krystal.

"Mereka (penderita) mengurangi biaya pengobatan dan dapat meningkatkan akses untuk melakukan terapi secara efektif dalam sumber daya yang terbatas untuk pengobatan kesehatan mental," kata Krystal.

Ketakutan ekstrim untuk berinteraksi dengan orang lain dapat membuat penderita gangguan kecemasan sosial menghindari situasi kebersamaan, sekalipun berarti dapat beresiko kehilangan pekerjaan atau jauh dari keluarga dan teman-teman.

"Gangguan kecemasan sosial adalah satu dari gangguan kecemasan yang paling umum dengan dampak yang luas bagi kehidupan seorang pasien... ," kata Cuijpers.

Banyak gangguan metal termasuk gangguan kecemasan sosial sulit diobati. Jadi, melihat efek dari terapi kelompok perilaku kognitif "cukup" keliru, kata Krystal.

"Efek pengobatan ini agak besar menurut standar kebanyakan perawatan obat untuk gangguan kecemasan sosial," katanya.

Krystal mengatakan ulasan menyediakan bukti kuat bahwa terapi kelompok menawarkan manfaat untuk gangguan kecemasan sosial yang sebelumnya hanya terlihat dengan terapi individual.

"Ini berita yang sangat baik, karena dapat membantu penyebaran sumber daya pengobatan kesehatan mental," tambahnya. 

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2013

Sabtu, 30 Maret 2013

Sosiolog: Soal Dukun, Masyarakat Harus Selalu Bersikap Kritis



Laporan: Gita Farahdina
Sabtu, 30 Maret 2013 | 23:47 WIB

Antara/Yudhi Mahatma/vg
Metrotvnews.com, Jakarta: Banyaknya penipuan di balik nama dukun dan guru spiritual seharusnya menjadi pelajaran berharga masyarakat. Memang, mempercayai hal-hal seperti itu tidak bisa serta merta dikatakan salah, mengingat pengetahuan tentang dukun dan guru spiritual sudah sejak lama diyakini masyarakat. Namun, setidaknya jangan terlalu menggantungkan apa pun pada orang lain, termasuk dukun dan guru spiritual. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Lucia Ratih Kusumadewi, seseorang sebaiknya tetap selalu bersikap kritis dan waspada, tidak mudah untuk percaya dan mencoba menggali informasi yang bermanfaat dari berbagai sumber.

"Ketika menghadapi masalah, hendaknya kita memikirkan sendiri jalan keluarnya. Usahakan untuk tidak langsung meminta bantuan terhadap mereka yang menyebut diri sebagai dukun atau guru spiritual," ujarnya.

Editor: Asnawi Khaddaf


Slamet Priyadi
Segala macam praktik magis sejak zaman" bahela", sejak zaman para nabi itu memang sudah ada. Apa lagi di Nusantara negeri tercinta kita ini yang masyarakat dan budayanya begitu heterogen. Baik Santet, tenung (ilmu hitam) dan mantra-mantra penangkalnya itu juga banyak dimiliki oleh para spritualis atau para normal kita di Nusantara ini. Yang menjadi persoalan adalah sekarang ini banyak sekali oknum-oknum paranormal dan dukun palsu yang sesungguhnya tidak memiliki ilmu-ilmu magis seperti itu. dan, oknum-oknum seperti ini biasanya hanya memiliki sedikit, hanya kulitnya saja dan itu yang digunakan untuk mensugesti, mempengaruhi kejiwaan sebagian besar korban yang jiwanya, imannya memang sedang labil karena dihimpit oleh berbagai persoalan hidup. Sosok spritualist, paranormal dan dukun semacam inilah yang tingkat komersialnya demikian tinggi.

Agar tidak tertipu dengan paranormal, spiritualis, dan dukun palsu semacam itu, sebenarnya sangat mudah untuk mengenal ciri-cirinya. Indikasinya adalah jika sang dukun palsu ini meminta tarif bayaran tinggi dengan meminta syarat yang bermacam-macam terkadang di luar nalar dengan maksud agar persyaratan itu diganti dengan sejumlah uang dan hanya si dukun bersangkutan yang mampu mengadakannya. Indikasi semacam itu tidak ada pada paranormal, spiritualist, dan dukun yang memang benar-benar mumpuni "keilmumagisannya".

Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

"KITA SEMUA WAYANG": Sosiolog: Soal Dukun, Masyarakat Harus Selalu Bers...: Laporan: Gita Farahdina Sabtu, 30 Maret 2013 | 23:47 WIB Antara/Yudhi Mahatma/vg Praktik Perdukunan Metrotvnews.com, J...