Minggu, 31 Maret 2013

Soeharto Kerahkan Petrus Bantai Preman Yogyakarta



Reporter : Ramadhian Fadillah│Merdeka.Com│Jumat, 29 Maret 2013│14:33 WIB
 
Figure Soeharto
Tahun 1980-1985, tindakan para preman yang menamakan dirinya Gali alias gabungan anak liar semakin meresahkan. Mereka merampok, mencuri hingga memperkosa korbannya. Warga ketakutan dan tak berdaya menghadapi aksi para preman itu.

Beberapa waktu kemudian, munculah istilah penembak misterius atau petrus. Mereka menghabisi para preman ini tanpa proses peradilan. Kalau tidak ditembak, para preman akan dijerat tali sampai mati.

Disebut petrus karena memang 'pasukan' ini bukan kesatuan resmi. Walau begitu anggota petrus ini hampir dipastikan anggota ABRI. Mereka berbekal sejumlah daftar, lalu menghabisi para preman yang sudah menakut-nakuti masyarakat.

Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang untuk membuat para penjahat takut. Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.

"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana. Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar jadi tontonan dan membuat preman lain keder.

"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan itu," beber Soeharto. Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman itu.

Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun 2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat. [ian]

Sabtu, 30 Maret 2013

Sosiolog: Soal Dukun, Masyarakat Harus Selalu Bersikap Kritis



Laporan: Gita Farahdina
Sabtu, 30 Maret 2013 | 23:47 WIB

Antara/Yudhi Mahatma/vg
Metrotvnews.com, Jakarta: Banyaknya penipuan di balik nama dukun dan guru spiritual seharusnya menjadi pelajaran berharga masyarakat. Memang, mempercayai hal-hal seperti itu tidak bisa serta merta dikatakan salah, mengingat pengetahuan tentang dukun dan guru spiritual sudah sejak lama diyakini masyarakat. Namun, setidaknya jangan terlalu menggantungkan apa pun pada orang lain, termasuk dukun dan guru spiritual. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Lucia Ratih Kusumadewi, seseorang sebaiknya tetap selalu bersikap kritis dan waspada, tidak mudah untuk percaya dan mencoba menggali informasi yang bermanfaat dari berbagai sumber.

"Ketika menghadapi masalah, hendaknya kita memikirkan sendiri jalan keluarnya. Usahakan untuk tidak langsung meminta bantuan terhadap mereka yang menyebut diri sebagai dukun atau guru spiritual," ujarnya.

Editor: Asnawi Khaddaf


Slamet Priyadi
Segala macam praktik magis sejak zaman" bahela", sejak zaman para nabi itu memang sudah ada. Apa lagi di Nusantara negeri tercinta kita ini yang masyarakat dan budayanya begitu heterogen. Baik Santet, tenung (ilmu hitam) dan mantra-mantra penangkalnya itu juga banyak dimiliki oleh para spritualis atau para normal kita di Nusantara ini. Yang menjadi persoalan adalah sekarang ini banyak sekali oknum-oknum paranormal dan dukun palsu yang sesungguhnya tidak memiliki ilmu-ilmu magis seperti itu. dan, oknum-oknum seperti ini biasanya hanya memiliki sedikit, hanya kulitnya saja dan itu yang digunakan untuk mensugesti, mempengaruhi kejiwaan sebagian besar korban yang jiwanya, imannya memang sedang labil karena dihimpit oleh berbagai persoalan hidup. Sosok spritualist, paranormal dan dukun semacam inilah yang tingkat komersialnya demikian tinggi.

Agar tidak tertipu dengan paranormal, spiritualis, dan dukun palsu semacam itu, sebenarnya sangat mudah untuk mengenal ciri-cirinya. Indikasinya adalah jika sang dukun palsu ini meminta tarif bayaran tinggi dengan meminta syarat yang bermacam-macam terkadang di luar nalar dengan maksud agar persyaratan itu diganti dengan sejumlah uang dan hanya si dukun bersangkutan yang mampu mengadakannya. Indikasi semacam itu tidak ada pada paranormal, spiritualist, dan dukun yang memang benar-benar mumpuni "keilmumagisannya".

Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

"KITA SEMUA WAYANG": Sosiolog: Soal Dukun, Masyarakat Harus Selalu Bers...: Laporan: Gita Farahdina Sabtu, 30 Maret 2013 | 23:47 WIB Antara/Yudhi Mahatma/vg Praktik Perdukunan Metrotvnews.com, J...

Jumat, 29 Maret 2013

"Kapal" Demokrat Bakal Tetap Karam



Antara – Sabtu, 30Maret 2013
Bendera Demokrat
Jakarta (ANTARA) - "Kapal" Partai Demokrat (PD) akan tetap karam ke dasar lautan seusai kongres luar biasa di Bali walaupun ketua umumnya telah diganti, jika simpati pemilih dan elektabilitas tidak dipulihkan.
"Partai Demokrat jika diibaratkan sebagai kapal ini tetap karam kendati nakhodanya sudah diganti. Hal ini yang tidak diharapkan semua kader partai yang sedang ikut KLB di Bali. Simpati pemilih sulit dibangunkan, dan dengan demikian angka elektabilitas sulit dipulihkan," kata Rachland Nashidik, Sekretaris Departemen HAM DPP Partai Demokrat di Denpasar, Jumat. 
  
Mantan Direktur Eksekutif Imparsial ini menjelaskan, PD dinilai publik antidemokrasi, karena semua posisi ketua di dalam partai dijabat oleh seorang patron yang sama.
"PD dinilai tidak mempedulikan etika dan persepsi publik karena etalase politiknya tidak berubah. Pengurusnya tetap di isi oleh figur-figur yang dinilai publik tidak baik. Entah karena sedang memiliki masalah dengan hukum atau personalitas politiknya yang terlanjur dinilai buruk," katanya. 
Belum lama ini, PD mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian Lingkar Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Partai Demokrat terus mengalami penurunan. Hal itu semakin mencolok ketika dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 sebagai partai pemenang dengan perolehan suara 20,85 persen. 
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, hasil survei LSI Juni 2011 suara Demokrat berada di angka 15,5 persen, kemudian bulan Februari tahun beriktunya 13,7 persen, di bawah Golkar dan PDIP. Jika dilihat dari hasil survei sekarang suara Demokrat terus menurun. 
"Suara Demokrat jeblok sembilan persen dibanding Pemilu 2009," ujar Adjie. Menurut Rachland, KLB Partai Demokrat di Bali mungkin tidak bisa ditutup dengan keputusan-keputusan terbaik. Namun, apa pun masalahnya, keputusan-keputusan terburuk harus dihindari. Oleh karena itu, keputusan terbaik SBY bagi Partai Demokrat ditunggu semua orang. (ar)
 
Komentar :
Denmas Priyadi


Selama "managemen konflik" masih diterapkan dalam mengelola Partai Demokrat, maka selama itu pula elektebilitas PD semakin menurun. Managemen konflik terbaru belum lama dirilis SBY melalui SMS kepada Marzuki Ali yang sudah barang tentu mengusik keloyalitasan dia kepada SBY dan Partai Demokrat sejak tahun 2003. Sekarang ini saya melihat dan mengumpamakan Partai Demorat seperti kelompok paduan suara yang keindahannya atau keharmoniannya hanya bergantung pada seorang konduktor (SBY). Peran untuk membawakan suara 'sopran', 'alto', 'tenor', dan 'bass' yang dipercayakan kepada para kader dan para pengurusnya sudah tidak harmonis lagi oleh karena masing-masing mengutamakan kepentingan pribadi meskipun dikemas alibi demi kepentingan dan keutuhan partai.

Rabu, 27 Maret 2013

Remy Silado: Tentang Tokoh-Tokoh Romantik By Slamet Priyadi


Denmas Priyadi Blog│Rabu, 27 Maret 2013│19:40 WIB
 
Beethoven (Foto: SP)
CORAK MUSIK yang dicetuskan Beethoven disebut "Romantik". Ciri musik romantik adalah rasa keakuan dan sifat kemandirian yang sangat menonjol. Banyak komponis yang muncul pada zaman romantik. Selain Beethoven sendiri sebagai pelopor, muncul kemudian belasan nama yang tersebar di beberapa negeri Eropa. Diantaranya adalah Schubert, Berlioz, Chopin, Liszt, Wagner, dan Brahms.

1. Franz Peter Schubert.
FP Schubert
Ia pengagum Beethoven. Ketika raja komponis itu wafat,Schubert lah yang membawa obor ke makamnya. Schubert berasal dari keluarga musik. Ayahnya seorang guru. Sejak kecil ayahnya membimbing Schubert untuk menjadi guru pula, tetapi Schubert lebih suka menjadi seniman. Beberapa karya musiknya merupakan kerja sama dengan para penyair. Ia membuat musiknya, dan penyair membuatkan liriknya. Goethe banyak membuatkan syair bagi musik Schubert. Ia meninggal pada tahun 1828 tanpa meninggalkan siapun kecuali penggemarnya. Ia tidak pernah menikah. Ia wafat akibat menderita penyakit tipus. Dalam keadaan sekarat ia masih sempat mengucap nama Beethoven.

 
 
2. Hector Berlioz
Berlioz
Sejak kecil Hector Berlioz sudah menunjukkan talenta musik yang luar biasa, tetapi ayahnya menghendaki ia menjjadi seorang dokte . Pernah ia jatuh cinta pada aktris pemain drama dari Inggris bernama Henrietta Smithson yang lebih tua dari usianya, tetapi ditolak, dan perasaannya kacau balau, akan tatapi justru kekecewaannya itulah yang membuat ia justru berhasil menciptakan karya besarnya yang berjudul Simphoni Fantastik.

Akhir hidupnya sangat mengguncangkan dan sungguh tragis. Pertama-tama istrinya mendadak mati. Kemudian putranya tenggelam di laut. Dan dilalah, karyanya yang terakhir mendapat kecaman di seluruh surat kabar. Terpaksa iapun mengembara ke Rusia, tetapi tak lama, beberapa tahun kemudian ia kembali ke Paris dan meninggal di sana.

3. Frederic Chopin
F Chopin
Masa kecilnya boleh dikatakan sangat bahaghia. Rumahnya besar dilengkapi taman yang luas dan asri. Ketika usianya genap enam belas tahun, ia mengalami guncangan jiwa yang mendalam karena terlalu banyak bermenung diri.

Ia tinggalkan negerinya Polandia menuju Austria karena berkecamuk perang antara Polandia dengan Rusia. Gurunya memberinya cawan yang berisi segenggam tanah Polandia, karena yakin Chopin tak akan kembali lagi ke Polandia. Tak lama di Wina, akhirnya Chopin terus ke Prancis. Di sana ia mempesemangat baru karena mendapat dorongan semangat dari rekan sesama komponis seperti Rossini, Mendelsson, Cherobini. Ia berteman pula dengan penyair Heine dan pelukis Delacroix.

Revolusi Prancis yang terjadi tahun 1848 membuat suasana kerusuhan yang besar di Paris. Chopin tak betah akhirnya ia ke Inggris. Hanya satu tahun ia di sana, lalu kembali lagi ke Prancis sampai meninggalnya. Di Prancis, Frederic Chopin dikenal sebagai raja piano di samping Liszt dan Beethoven.

4. Franz Liszt
Franz Liszt


Franz Liszt dikenal sebagai "penusik sirkus" oleh karena kemahirannya menarikan jarinya di atas piano. Kemampuan itu pula yang menyebabkan karya-karyanya penuh semangat dan kaya akan imaginasi. Ia menciptakan simfoni, opera, dan lain-lain. Ia meninggal dalam usia 75 tahun karena penyakit bronchitis sewaktu berkunjung ke rumah menantunya, “Wilhelm Richard Wagner” di Bayreut, Jerman. Di sana ia dimakamkan dengan penuh kebesaran.






5. Wilhelm Richard Wagner.
WR Wagner
Dia merupakan panglima opera abad ke-19. Gaya operanya merupakan perpaduan antara sifat kasih yang tulus dengan kesintingan. Pertama kali Wagner menciptakan karya opera pada usia dua puluh tahun, karyanya yaitu “Die Feen” merupakan gaya gado-gado antara Mozart,Beethoven, dan Weber. Karya keduanya berjudul “Cinta terlarang” yang dipetik dari drama Shakespeare “Aturan untuk aturan”.





 


6. Johannes Brams.
Johannes Brams
Karya-karya Johannes Brams termasuk kelompok klasik berat. Akan terasa sulit dicerna jika belum terbiasa menikmati karya musik Brams. Komposisi musik Brams sama dengan karakter jiwanya, sulit dicerna dan sukar diterka arahnya. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah dan sangat membenci wanita. Tentang wanita, ia pernah mengemukakan, ” wanita mengekang kebebasan seorang pria”.
Demikian besarnya nama Johannes Brams sehingga lembaga Prusia menganugerahkan gelar “Kesatria” kepadanya sedangkan Universitas Breslu memberikan gelar “doctor filsafat”.




Penulis:
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

Selasa, 26 Maret 2013

Ini Kronologi Penyerbuan Cebongan Versi Kontras



TEMPO.CO – Sen, 25 Mar 2013
Kronologi Penyerbuan Cebongan Versi Kontras
TEMPO.CO , Jakarta: Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) telah memantau tempat penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil pantauan lapangan, Kontras menyimpulkan aksi penembakan terencana dan dilakukan profesional.

»Penembakan itu rapi, cepat, dan terencana. Pelaku dibekali dengan banyak informasi,” kata Koordinator Kontras Haris Azhar kepada wartawan, Ahad 24 Maret 2013.

Peristiwa penembakan tersebut terjadi pada Sabtu 23 Maret, sekitar pukul 00.30 dini hari. Sekitar 17 orang menerobos masuk penjara Cebongan. Pelaku menggunakan baju sipil, berompi, bercelana panjang, sebagian bercelana jins, dan memakai penutup muka.

Malam itu penjara hanya dijaga oleh delapan sipir, dua di antaranya berjaga di meja piket bagian depan. Haris mengatakan saat peristiwa terjadi, situasi di sekitar penjara sepi.  Lokasinya memang sedikit jauh dari jalan utama. Penjara itu, kata Haris, dikelilingi oleh sawah dan kebun. Hanya ada beberapa rumah warga di dekat penjara, dua di depan, dan satu di samping. Rumah di bagian depan penjara pun belum selesai dibangun. »Di lokasi atau jalan di depan tidak terlihat lampu yang bisa menerangi,” katanya.

Pelaku merangsek mulai masuk ke area penjara sekitar pukul 00.30. Berdasakan keterangan saksi di lokasi, saat kejadian terlihat ada tiga truk di dekat penjara. Namun tak bisa dipastikan apakah ketiga truk tersebut terkait dengan penyerangan.

Untuk menembus penjagaan penjara, pertama-tama, seorang di antara pelaku mengaku sebagai aparat Kepolisian Daerah Yogyakarta yang hendak mengambil tahanan dari dalam penjara. Ia datang dan berbicara pada petugas piket yang berjaga di area depan penjara.

Haris mengatakan, ada dua lapis penjagaan di dalam penjara, lapis dalam dan lapis luar. Lapis pertama adalah gerbang yang memisahkan bagian piket penjara dengan pekarangan luar. Pelaku yang bepura-pura berasal dari aparat kepolisian menunjukkan surat kepada petugas piket, mengatakan ingin berkoordinasi dengan empat tahanan yang jadi sasaran.

Petugas piket kemudian memanggil kepala keamanan. Sesaat setelah kepala keamanan datang, pintu gerbang dibuka. Saat itulah belasan pelaku lain merangsek masuk. Mereka menggunakan senjata laras panjang dan menodongkannya ke penjaga. Sebagian di antaranya masuk ke penjagaan lapis dalam sembari menodong dan menyandera sipir. »Tindakan ini juga disertai ancaman pengeboman,” kata Haris.

Menurut pengakuan Sukamto, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, anak buahnya sempat dianiaya dan diseret oleh pelaku. Terlihat dari bercak darah di lantai penjara. »Bercak darah ada sampai lantai dua,” kata Haris.

Beberapa pelaku menanyakan pada sipir di sel mana empat sasaran mereka ditempatkan. Beberapa penjaga tidak tahu di mana empat tahanan yang baru sehari diserahkan oleh Polda tersebut. »Sipir dipaksa mengaku dengan dianiaya,” kata Haris.

Akhirnya ada penjaga yang mengetahui di mana empat tahanan itu berada. Sasaran berada di sel 5a. Pelaku mengambil kunci-kunci sel dan diserahkan pada penjaga yang mengetahui keberadaan sasaran.

Setibanya di sel 5a, pelaku menemukan ada 35 tahanan berada di sana. Mereka ditanya mana yang merupakan pelaku pembunuhan Sersan Satu Santoso. »Terjadi kepanikan di dalam sel, hingga akhirnya empat orang terpisah dari tahanan lainnya,” kata Haris.

Setelah terpisah, salah seorang pelaku memberondong sasaran dengan peluru. Empat orang tewas di dalam sel. Mereka adalah Hendrik Benyamin Sahetapy alias Diki, Yohanis Juan Manbait alias Juan, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Chandra Galaja alias Dedi.

»Yang eksekusi hanya satu orang,” ujar Haris. »Ini seperti operasi buntut kuda. Yang menerobos banyak, semakin dekat dengan sasaran semakin sedikit, dan yang mengeksekusi hanya satu orang,” ujarnya.
Seusai menghabisi sasaran, pelaku meminta penjaga menunjukkan tempat kontrol Closed Circuit Television (CCTV) berada. Petugas mengatakan tempat kontrol ada di ruangan Kepala Lapas di lantai dua. »Pintu lalu didobrak dan CCTV diambil,” katanya.

Haris mengatakan rentetan penyerangan hanya dilakukan dalam waktu 15 menit. Salah seorang di antara pelaku ada yang berperan sebagai penjaga waktu.  »Saksi mengatakan ada satu pelaku yang berulang-ulang melihat jam di tangannya,” katanya.

Kontras merangkum kronologi kejadian berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang berada di tempat kejadian, di antaranya adalah kepala penjara Sukamto. Kontras juga menyambangi penjara Cebongan sehari setelah kejadian.

ANANDA BADUDU